[ARTIKEL]
Baru-baru ini fenomena yang mengejutkan khususnya bagi umat Islam di Indonesia yaitu kasus Ust. Evie Effendi sebagai penceramah di salah satu ceramahnya mengatakan bahwasannya Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah sesat dan bagi yang merayakan Maulid Nabi juga termasuk orang yang sesat. Serta kasus KH Ma’ruf Amin sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) maju menjadi pendamping Jokowi sebagai calon wakil presiden (Cawapres) di Pilpres 2019.
Dari dua fenomena tersebut banyak timbul pro dan kontr
a dari berbagai kalangan. Tetapi, pro dan kontra tersebut bukan menjadi suatu yang sangat penting untuk dikaji, disini yang tepenting adalah adab kita sebagai umat Islam menyikapi fenomena tersebut.
a dari berbagai kalangan. Tetapi, pro dan kontra tersebut bukan menjadi suatu yang sangat penting untuk dikaji, disini yang tepenting adalah adab kita sebagai umat Islam menyikapi fenomena tersebut.
Berbicara tentang ‘adab’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adab ialah suatu kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, maupun akhlak. Dan bagi kita umat Islam, sebagaimana yang telah di contohkan oleh nabi kita Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Menyikapi hal yang terjadi pada Ust. Evie Effendi :
Di salah satu ceramahnya, ia mengatakan bahwa Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah sesat dan bagi yang merayakan Maulid Nabi juga termasuk orang yang sesat.
Di salah satu ceramahnya, ia mengatakan bahwa Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah sesat dan bagi yang merayakan Maulid Nabi juga termasuk orang yang sesat.
Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang sudah di jamin masuk syurga oleh Allah Subhaanahu wata’ala, manusia paling sempurna yang di angkat menjadi Rasulullah. Ilmu yang datang dari Allah Subhaanahu wata’ala melalui Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak diragukan lagi kebenerannya.
Masyeikh, Kyiai, sampai Ulama umat Islam di seluruh dunia mengatakan kalau mau dibeda-bedakan umat akhir zaman yang merasa paling banyak ibadahnya baik itu dari ibadah sholat, baca Al-Qur’an, dzikir, puasa, zakat dan haji dengan para sahabat nabi Radhiyallahu ‘anhuma itu sebesar debu-debu yang menempel di kaki para sahabat nabi Radhiyallahu ‘anhuma.
Lantas tidak pantas kita mengatakan bahwa Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah sesat dan bagi yang merayakan Mauilid Nabi adalah termasuk golongan orang yang sesat. Ketika kondisi seperti inilah yang harus diperhatikan bahwasannya adab lebih tinggi derajatnya daripada ilmu.
Masyeikh, Kyiai, dan Ulama umat Islam di seluruh dunia tidak melarang untuk ceramah (berda’wa), tetapi yang ditekankan adalah masalah khilafiah atau perbedaan pendapat yang levelnya ataupun tingkatannya sekelas ustadz jangan di sampaikan kepada umat yang awam, ataupun kepada umat yang tingkatannya masih belajar.
Arahan dari Masyeikh, Kyiai, dan Ulama umat Islam di seluruh dunia da’wahkan (sampaikan) pentingnya sholat dan keuntungan-keuntungan apabila menjaga sholat lima waktu, sampaikan pentingnya membaca Al-Qur’an dan keuntungan apabila membaca Al-Qur’an, begitu juga dengan Dzikir, Puasa, Zakat, dan Haji sampaikan pentingnya hal tersebut dan keuntungan-keuntungan yang didapat apabila apabila hal tersebut dilakukan (amalkan).
Menyikapi fenomena KH Ma’ruf Amin:
Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjadi pendamping Jokowi sebagai calon wakil presiden (Cawapres) di Pilpres 2019. Banyak pro dan kontra yang muncul, tetapi lagi-lagi adablah yang berperan penting untuk menyikapi fenomena tersebut.
Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menjadi pendamping Jokowi sebagai calon wakil presiden (Cawapres) di Pilpres 2019. Banyak pro dan kontra yang muncul, tetapi lagi-lagi adablah yang berperan penting untuk menyikapi fenomena tersebut.
Adab umat Islam khususnya di Indonesia dalam menyikapi fenomena tersebut harus ditunjukan, apalagi kepada seorang Ulama. Ulama adalah orang yang berperan pentin, penerus dari pada nabi, sesudah ditetapkannya bahwa Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi yang terakhir.
Hakikat kematian atau meninggalnya para ulama adalah suatu perkara yang besar yaitu bencana bagi umat Islam. Allah Subhaanallahu wata’ala katakan ilmu tidak langsung diangkat begitu saja, tetapi melalui kematian atau meninggalnya para ulama dan orang-orang sholeh.
Dengan kita beradab kepada ulama berarti kita sudah belajar memuliakan ulama sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka dari itu apabila adab sudah ditegakkan berkat rahmat dan hidayah dari Allah Subhaanallahu wata’ala maka pergeseran maupun perpecahan antar umat Islam tidak akan terjadi.
Majunya KH Ma’ruf Amin sebagai Cawapres di Pilpres 2019 Umat Islam di Indonesia seharusnya tidak boleh menghakimi ataupun berpendapat dengan pemahaman sendiri. Karena, hal tersebutlah yang nantinya akan membuat perpecahan antar umat Islam itu sendiri.
Sebagaimana kasus Erdogan sebagai Presiden Turki secara resmi melakukan kerjasama dengan pemerintahan Israel. Mendengar hal tersebut membuat hati umat Islam di suluruh dunia terluka. Tetapi, maksud dan tujuan Erdogan melakukan kerjasama tersebut untuk memudahkan menyalurkan bantuan kepada penduduk Palestina. Sebab untuk tiba di Palestina harus melewati pemeriksaan yang begitu ketat yang diterapkan oleh pemerintahan Israel.
Yang katanya umat Islam merasa dipojokan, didiskriminasi, ulama-ulama dipenjarakan, seharusnya dari kasus di atas umat Islam berpikir positif apa maksud dan tujuan KH Ma’ruf Amin maju sebagai Cawapres di Pilpres 2019.
Siapapun nanti yang akan menjadi presiden Indonesia pada tahun 2019 itu sudah Allah Subhaanallahu Wata’ala tuliskan ribuan tahun yang lalu di “Laul Mahfuz”. Fenomena ini dimunculkan oleh Allah Subhaanallahu wata’ala untuk melihat adab umat Baginda Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada ulama.
Adab dan ilmu dua hal yang berdampingan dan tidak bisa dipisahkan. Apabila memiliki ilmu yang banyak (ahli ilmu) tapi tidak memiliki adab, maka sia-sialah ilmu yang banyak tersebut. Jika sedikit saja ilmu yang dimiliki (fakir ilmu) tapi dilakukan dengan beradab, maka berkat rahmat dan hidayah dari Allah Subhaanahu wata’ala terlihat mulia ilmu yang sedikit tersebut.
Ketika adab sudah tumbuh dalam diri, maka berkat rahmat dan hidayah dari Allah Subhaanallahu Wata’ala mudah untuk menyayangi yang muda, menghormati yang tua, memuliakan ulama dan saling menghormati yang sebaya.
Komentar
Posting Komentar